MAKNA DAN POSISI SERTA URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM PRAKTEK PENDIDIKAN
Pendidikan
untuk setiap individu dapat diperoleh melalui jalur formal, informal maupun non
formal. Dimulai dari keluarga dan lingkungannya yaitu sebagai pendidikan di
jalur non formal kemudian di tempat bimbingan belajar ataupun tempat les
lainnya sebagai jalur informal dan di sekolah sebagai jalur formal. Kegiatan di
sekolah tidak hanya tentang belajar di ruangan kelas tetapi juga interaksi
sosial yang terjadi. Oleh karena itu, bagaimanakah makna dan posisi serta
urgensi bimbingan dan konseling dalam praktek pendidikan?. Maka
akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan makna, posisi dan urgensi bimbingan
konseling.
A. Pengertian
Bimbingan dan Konseling
Berikut
ini pengertian bimbingan menurut beberapa ahli :
1.
Arthur
J. Jones yang dikutip DR. Tohari Musnamar (1985: 4)
menyatakan bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada
orang lain dalam hal membuat pilihan-pilihan, penyesuaian diri dan pemecahan
problem-problem yang bertujuan membantu orang tersebut untuk tumbuh dalam hal
kemandirian dan kemampuan bertanggung jawab bagi dirinya sendiri.
2.
Dalam
Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah
dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta
didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan
masa depan”.
Berikut
ini pengertian konseling menurut beberapa ahli :
1.
Prayitno
dan Erman Amti (2004: 105) adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
2.
Winkel
(2005:34) mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan
paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka
dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap
berbagai persoalan atau masalah khusus.
Berdasarkan
pengertian bimbingan dan konseling menurut para ahli di atas, bimbingan dan
konseling merupakan dua hal yang berbeda akan tetapi keduanya memiliki
keterkaitan yang saling mempengaruhi. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan
seseorang terhadap orang lain untuk tercapainya kemampuan-kemampuan diri agar
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sementara itu, konseling adalah bimbingan
antara konselor dengan klien melalui serangkaian wawancara dengan tujuan klien
dapat mengatasi masalah yang dihadapainya. Kemudian apakah perbedaan antara
guru BK dengan konselor?. Perbedaannya terletak di pendidikan yang harus
diambil oleh guru BK dan konselor.
B. Kondisi Bimbingan dan Konseling (BK) di Sekolah
Kemampuan
kognitif seseorang masih menjadi pokok obrolan dunia pendidikan di Indonesia.
Hal tersebut menjadikan kurangnya perhatian terhadap aspek psikologis peserta
didik sendiri yang mengakibatkan bebrapa paradigma mengenai BK di sekolah yaitu
sekolah yang sadar betul pentingnya BK untuk
membangun karakter peserta didik, sekolah yang sadar akan kedudukan BK dalam
pembentukan pribadi siswa tetapi tidak didukung oleh materi, tenaga dan yayasan
atau pemerintah, sekolah yang masih menerapkan manajemen BK “jadul” dan sekolah
yang belum memiliki manajemen BK.
C.
Landasan Psikologis Bimbingan dan Konseling
Beberapa
kajian psikologis yang menjadi landasan untuk memberikan pemahaman bagi
konselor tentang perilaku seseorang, yaitu (1) motif dan motivasi, terdapat dua jenis motif yaitu motif primer dan motif sekunder. motif-motif tersebut diaktifkan
dan digerakkan baik dari dalam diri
individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik); (2) konflik dan frustasi; (3) sikap,
pembawaan dan lingkungan, perkembangan
individu; (4) belajar; (5) kepribadian.
D. Landasan
Sosiologis (Sosial-Budaya) Bimbingan dan Konseling
Perkembangan sosial dan budaya yang terjadi di masyarakat menimbulkan
kebutuhan akan bimbingan
menurut John
J. Pietrofesa dkk.,(1980); M. Surya & Rochman N.,(1986); dan Rochman N., (1987) terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu perubahan konstelasi keluarga,
perkembangan pendidikan, dunia kerja, perkembangan kota metropolitan,
perkembangan komunikasi, seksisme dan rasisme, kesehatan mental, perkembangan
teknologi, kondisi moral dan keagamaan, serta kondisi sosial ekonomi.
E. Landasan
Pedagogis Bimbingan dan Konseling
Tohirin (2007: 103)
mengatakan bahwa landasan bimbingan dan konseling setidaknya berkaitan dengan pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan
bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling,
dan pendidikan sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling.
F. Landasan
Agama Bimbingan dan Konseling
Pembahasan
landasan religius ini pada dasarnya ingin menetapkan klien sebagai makhluk
Tuhan, berupaya mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam proses bimbingan dan
konseling dan pentingnya pemahaman konselor tentang hakikat manusia menurut
agama dan peran agama dalam kehidupan umat manusia. Prayitno dan Erman Amti
mengemukakan persyaratan bagi konselor, yaitu
orang yang beragama dan mengamalkan dengan baik keimanan dan ketaqwaannya
sesuai dengan agama yang dianutnya, konselor sedapat-dapatnya mampu mentransfer
kaidah-kaidah agama secara garis besar yang relevan dengan masalah klien dan konselor
harus benar-benar memperhatikan dan
menghormati agama klien.
G. Landasan
Perkembangan IPTEK Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di
lapangan tidak hanya berdasarkan pengalaman yang telah dialami oleh konselor
akan tetapi dilaksanakan atas dasar keilmuan. Berdasarakan hal tersebut ilmu bimbingan
dan konseling merujuk kepada disiplin ilmu-ilmu sosial lainnya antara lain psikologi, ilmu pendidikan, ilmu sosiologi,
antropologi, ekonomi, ilmu agama, ilmu hukum, filsafat, dan lain-lain.
H. Sejarah
Perkembangan Bimbingan dan Konseling
Gerakan
bimbingan lahir pada tanggal 13 Januari 1908 di Amerika, dengan didirikannya
suatu vocational bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang
utuk selanjutnya dikenal sebagai“Father of The Guedance Movement in American
Education”. Pada tahun
1920-an, para konselor sekolah di Boston dan New York diharapkan dapat membantu
para siswa dalam memilih sekolah dan pekerjaan. Selama tahun 1920-an itu pula,
sertifikasi konselor sekolah mulai diterapkan pada kedua kota tersebut (Bimo
Walgito, 2010:15)
I.
Perkembangan Bimbingan dan Konseling Di
Indonesia
Pelayanan Konseling
dalam system pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada
kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan
dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama
menjadi Bimbingan dan Konseling
(BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di
Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia
sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum
1984 dengan memasukkan bimbingan karir di dalamnya. Perkembangan BK semakin
mantap pada tahun 2001.
REFERENSI
:
Kelompok 1. (2015). MAKNA DAN POSISI SERTA URGENSI
BIMBINGAN DAN KONSELING. Bandung: -.
Kartadinata, Sunaryo. (2011). Menguak Tabir
Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya Pedagogis. Bandung: UPI Press
Sukardi, Dewa Ketut Drs. MBA. MM. dan Desak P.E. Nila Kusmwati, S.Si,
M.Si. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta
Syamsu, Yusuf Dr., L.N. dan Dr. A. Juntika Nurihsan. (2009). Landasan
Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda
Tohirin, Drs. M. Pd. (2007). Bimbingan dan konseling di sekolah dan
madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar